Rabu, 25 November 2009


PENGERTIAN MAKNA HIDUP

Makna hidup adalah hal-hal khusus yang dirasakan penting dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta layak dijadikan sebagai tujuan hidup yang harus diraih. Makna hidup ini bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan seseorang dirasakan penting dan berharga yang pada gilirannya akan menimbulkan penghayatan bahagia (Bastaman, 2000 : 73). Frankl mengartikan makna hidup sebagai kesadaran akan adanya satu kesempatan atau kemungkinan yang dilatarbelakangi oleh realitas atau menyadari apa yang bisa dilakukan pada situasi tertentu (Frankl, 2004 : 221)
Adanya suatu dorongan fundamental yang dimiliki oleh manusia, yaitu kehendak untuk memaknai hidup. Pencarian manusia mengenai makna hidup merupakan kekuatan utama dalam hidup dan bukan merupakan suatu ”rasionalisasi sekunder” dari bentuk insting-insting. Makna tersebut bersifat unik dan spesifik yang hanya dapat diisikan oleh dirinya sendiri, karena hanya dengan cara-cara tersebut seseorang akan mendapatkan sesuatu yang penting yang akan memuaskan keinginan manusia untuk memaknai hidup (Frankl, 2003 : 110)
MAKNA HIDUP DAN LOGOTERAPI
Logoterapi dengan konsep keinginan akan makna memiliki komitmen dengan fenomenologi Scheler, sekaligus dengan konsep kebebasannya menunjukan komitmen dan eksistensialisme. Sesuai dengan akar kata “Logos” yang dalam bahasa Yunani berarti “Meaning”(makna) dan juga “Spirituallity” (Keruhanian) maka Logoterapi adalah aliran psikologi atau psikiatri yang mengakui adanya demensi keruhanian disamping dimensi-dimensi ragawi kejiwaan dan lingkungan social budaya, serta beranggapan bahwa kehendak untuk hidup bermakna (the Will to the Meaning) merupakan dambaan utama manusia untuk meraih kehidupan yang dihayati bermakna (The Meaningfull Life). Dengan jalan menemukan sumber-sumber makna hidup dan merealisasikannya (Bastaman, 1995 : 193 – 194)
Tepatnya logoterapi memiliki tiga konsep yang menjadi landasan filosofinya yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna dan makna hidup (Koeswara, 1992 :46) :
1.      Kebebasan Berkeinginan
Dalam pandangan Frankl, kebebasan termasuk kebebasan berkeinginan adalah ciri yang unik dari keberadaan pengalaman manusia (Koeswara, 1987 : 37). Frankl mengakui kebebasan manusia sebagai mahluk yang terbatas, adalah sebagai kebebasan didalam batas-batas. Manusia tidaklah bebas dari kondisi – kondisi biologis, psikologis dan sosiologis akan tetapi manusia berkebebasan untuk mengambil sikap terhadap kondisi – kondisi tersebut (Koeswara, 1992 : 46)  

2.      Keinginan akan Makna
Frankl (dalam Koeswara, 1987 : 38) mengawali gagasannya mengenai keinginan akan makna dengan mengkritik prinsip kesenangan dari Freud dan keinginan pada kekuasaan (The Will to Power) dari Adler sebagai konsep yang terlalu menyederhanakan fenomena keberadaan dan tingkah laku manusia. Menurut Frankl, kesenangan dan kekuasaan bukanlah tujuan utama, melainkan efek yang dihasilkan oleh tingkah laku dalam rangka pemenuhan diri (Self – Fullfillment) yang bersumber pada atau diarahkan oleh keinginan kepada makna. Kesenangan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasarat bagi pemenuhan makna menyebabkan arti yang kita cari memerlukan tanggung jawab pribadi tidak ada orang atau sesuatu yang lain, bukan orang tua, partner, atau bangsa dapat memberi kita pengertian tentang arti dan maksud dalam kehidupan kita. Tanggung jawab kitalah untuk menemukan cara kita sendiri dan tetap bertahan didalamnya segera setelah ditemukan (Scultz, 1991 : 151)
Frankl menambahkan bahwa tegangan yang dialami manusia bukanlah semata-mata tegangan yang ditimbulkan oleh naluri – naluri melainkan tegangan antara keberadaan dan hakikat atau tegangan antara ada dan makna. Karena itukah orientasi atau keinginan yang utama yang tidak pernah padam pada manusia.
 3.      Makna Hidup
Makna hidup adalah hal – hal yang oleh seseorang dipandang penting, dirasakan berharga dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidupnya (Bastaman, 1995 : 1994) manusia bisa (berpeluang) menemukan makna hidup atau membuat hidupnya bermakna sampai nafasnya yang terakhir.
Individu hanya bisa menemukan makna dari hidupnya dengan merealisasikan tiga nilai yang ada yaitu :
A.    Nilai – nilai Daya Cipta atau Kreatif
Nilai- nilai kreatif dalam wujud kongkritnya muncul berupa pelaksanaan aktivitas kerja menurut Frankl (dalam Koeswara, 1992 : 63) setiap bentuk pekerjaan bisa mengantarkan individu kepada hidup (kehidupan diri dan sesama) yang didekati secara kreatif dan dijalankan sebagai tindakan komitmen pribadi yang berakar pada keberadaan totalnya. Nilai kreatif yang direalisasikan dalam bentuk aktivitas kerja menghasilkan sumbangan bagi masyarakat. Komunitas atau masyarakat pada gilirannya mengantarkan individu pada penemuan makna.
B.     Nilai – nilai Pengalaman
Menurut Bastaman (1995 : 195) hal ini meliputi meyakini dan menghayati kebenaran, kebajikan, keindahan, keadilan, keimanan dan nilai – nilai yang dianggap berharga.
C.     Nilai – nilai Sikap
Frankl menyebut nilai ke tiga ini sebagai nilai yang paling tinggi, dengan merealisasikan nilai bersikap ini berarti individu menunjukan keberanian dan kemuliaan menghadapi penderitaanya. Frankl menekankan bahwa penderitaannya itu memiliki makna pada dirinya ketika menderita karena sesuatu, individu bergerak kedalam menjauhi sesuatu itu. membentuk suatu jarak diantara kepribadiannya dan sesuatu itu. Penderitaan menurut Frankl memiliki makna ganda, membentuk karakter sekaligus membentuk kekuatan dan ketahanan diri. Menurut Frankl, esensi suatu nilai bersikap terletak pada cara yang dengannya seseorang secara ikhlas dan tawakal menyerahkan dirinya pada suatu keadaan yang tidak bisa dihindarinya.
Frankl menyimpulkan bahwa hidup bisa dibuat bermakna melalui 3 jalan :
a)      Melalui apa yang kita berikan kepada hidup (kerja kreatif)
b)      Melalui apa yang kita ambil dari hidup (menemui keindahan, kebenaran dan cinta)
c)      Melalui sikap yang kita berikan terhadap ketentuan atau nasib yang bisa kita ubah
Sedangkan menurut Bastaman (1995 : 1996), mereka yang menghayati hidup bermakna menunjukan corak kehidupan yang penuh gairah dan optimisme dalam menjalani kehidupan sehari – hari. Tujuan hidup baik jangka pendek maupun jangka panjang jelas bagi mereka. Dengan demikian kegiatan – kegiatan mereka menjadi lebih terarah dan lebih mereka sadari, serta merasakan sendiri kemajuan – kemajuan yang telah dicapai.
Makna hidup seperti yang dikonsepkan Frankl (dalam Bastaman 1995 : 194 – 195) memiliki beberapa karakteristik, diantarannya :
1)      Makna hidup itu sifatnya unik dan personal, sehingga tidak dapat diberikan oleh siapapun melainkan harus ditemukan sendiri
2)      Makna hidup itu spesifik dan kongkrit, hanya dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari – hari, serta tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan idealistis maupun renungan filosofis.
3)      Makna hidup memberikan pedoman dan arah terhadap kegiatan – kegiatan yang dilakukan
4)      Makna hidup diakui sebagai sesuatu yang bersifat mutlak, sempurna dan paripurna.



By: Komunitas Akademia Nusantara



PENGERTIAN MAKNA HIDUP
Makna hidup adalah hal-hal khusus yang dirasakan penting dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta layak dijadikan sebagai tujuan hidup yang harus diraih. Makna hidup ini bila berhasil dipenuhi akan menyebabkan kehidupan seseorang dirasakan penting dan berharga yang pada gilirannya akan menimbulkan penghayatan bahagia (Bastaman, 2000 : 73). Frankl mengartikan makna hidup sebagai kesadaran akan adanya satu kesempatan atau kemungkinan yang dilatarbelakangi oleh realitas atau menyadari apa yang bisa dilakukan pada situasi tertentu (Frankl, 2004 : 221)
Adanya suatu dorongan fundamental yang dimiliki oleh manusia, yaitu kehendak untuk memaknai hidup. Pencarian manusia mengenai makna hidup merupakan kekuatan utama dalam hidup dan bukan merupakan suatu ”rasionalisasi sekunder” dari bentuk insting-insting. Makna tersebut bersifat unik dan spesifik yang hanya dapat diisikan oleh dirinya sendiri, karena hanya dengan cara-cara tersebut seseorang akan mendapatkan sesuatu yang penting yang akan memuaskan keinginan manusia untuk memaknai hidup (Frankl, 2003 : 110)
MAKNA HIDUP DAN LOGOTERAPI
Logoterapi dengan konsep keinginan akan makna memiliki komitmen dengan fenomenologi Scheler, sekaligus dengan konsep kebebasannya menunjukan komitmen dan eksistensialisme. Sesuai dengan akar kata “Logos” yang dalam bahasa Yunani berarti “Meaning”(makna) dan juga “Spirituallity” (Keruhanian) maka Logoterapi adalah aliran psikologi atau psikiatri yang mengakui adanya demensi keruhanian disamping dimensi-dimensi ragawi kejiwaan dan lingkungan social budaya, serta beranggapan bahwa kehendak untuk hidup bermakna (the Will to the Meaning) merupakan dambaan utama manusia untuk meraih kehidupan yang dihayati bermakna (The Meaningfull Life). Dengan jalan menemukan sumber-sumber makna hidup dan merealisasikannya (Bastaman, 1995 : 193 – 194)
Tepatnya logoterapi memiliki tiga konsep yang menjadi landasan filosofinya yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna dan makna hidup (Koeswara, 1992 :46) :
1.      Kebebasan Berkeinginan
Dalam pandangan Frankl, kebebasan termasuk kebebasan berkeinginan adalah ciri yang unik dari keberadaan pengalaman manusia (Koeswara, 1987 : 37). Frankl mengakui kebebasan manusia sebagai mahluk yang terbatas, adalah sebagai kebebasan didalam batas-batas. Manusia tidaklah bebas dari kondisi – kondisi biologis, psikologis dan sosiologis akan tetapi manusia berkebebasan untuk mengambil sikap terhadap kondisi – kondisi tersebut (Koeswara, 1992 : 46)  

2.      Keinginan akan Makna
Frankl (dalam Koeswara, 1987 : 38) mengawali gagasannya mengenai keinginan akan makna dengan mengkritik prinsip kesenangan dari Freud dan keinginan pada kekuasaan (The Will to Power) dari Adler sebagai konsep yang terlalu menyederhanakan fenomena keberadaan dan tingkah laku manusia. Menurut Frankl, kesenangan dan kekuasaan bukanlah tujuan utama, melainkan efek yang dihasilkan oleh tingkah laku dalam rangka pemenuhan diri (Self – Fullfillment) yang bersumber pada atau diarahkan oleh keinginan kepada makna. Kesenangan adalah efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan merupakan prasarat bagi pemenuhan makna menyebabkan arti yang kita cari memerlukan tanggung jawab pribadi tidak ada orang atau sesuatu yang lain, bukan orang tua, partner, atau bangsa dapat memberi kita pengertian tentang arti dan maksud dalam kehidupan kita. Tanggung jawab kitalah untuk menemukan cara kita sendiri dan tetap bertahan didalamnya segera setelah ditemukan (Scultz, 1991 : 151)
Frankl menambahkan bahwa tegangan yang dialami manusia bukanlah semata-mata tegangan yang ditimbulkan oleh naluri – naluri melainkan tegangan antara keberadaan dan hakikat atau tegangan antara ada dan makna. Karena itukah orientasi atau keinginan yang utama yang tidak pernah padam pada manusia.
 3.      Makna Hidup
Makna hidup adalah hal – hal yang oleh seseorang dipandang penting, dirasakan berharga dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidupnya (Bastaman, 1995 : 1994) manusia bisa (berpeluang) menemukan makna hidup atau membuat hidupnya bermakna sampai nafasnya yang terakhir.
Individu hanya bisa menemukan makna dari hidupnya dengan merealisasikan tiga nilai yang ada yaitu :
A.    Nilai – nilai Daya Cipta atau Kreatif
Nilai- nilai kreatif dalam wujud kongkritnya muncul berupa pelaksanaan aktivitas kerja menurut Frankl (dalam Koeswara, 1992 : 63) setiap bentuk pekerjaan bisa mengantarkan individu kepada hidup (kehidupan diri dan sesama) yang didekati secara kreatif dan dijalankan sebagai tindakan komitmen pribadi yang berakar pada keberadaan totalnya. Nilai kreatif yang direalisasikan dalam bentuk aktivitas kerja menghasilkan sumbangan bagi masyarakat. Komunitas atau masyarakat pada gilirannya mengantarkan individu pada penemuan makna.
B.     Nilai – nilai Pengalaman
Menurut Bastaman (1995 : 195) hal ini meliputi meyakini dan menghayati kebenaran, kebajikan, keindahan, keadilan, keimanan dan nilai – nilai yang dianggap berharga.
C.     Nilai – nilai Sikap
Frankl menyebut nilai ke tiga ini sebagai nilai yang paling tinggi, dengan merealisasikan nilai bersikap ini berarti individu menunjukan keberanian dan kemuliaan menghadapi penderitaanya. Frankl menekankan bahwa penderitaannya itu memiliki makna pada dirinya ketika menderita karena sesuatu, individu bergerak kedalam menjauhi sesuatu itu. membentuk suatu jarak diantara kepribadiannya dan sesuatu itu. Penderitaan menurut Frankl memiliki makna ganda, membentuk karakter sekaligus membentuk kekuatan dan ketahanan diri. Menurut Frankl, esensi suatu nilai bersikap terletak pada cara yang dengannya seseorang secara ikhlas dan tawakal menyerahkan dirinya pada suatu keadaan yang tidak bisa dihindarinya.
Frankl menyimpulkan bahwa hidup bisa dibuat bermakna melalui 3 jalan :
a)      Melalui apa yang kita berikan kepada hidup (kerja kreatif)
b)      Melalui apa yang kita ambil dari hidup (menemui keindahan, kebenaran dan cinta)
c)      Melalui sikap yang kita berikan terhadap ketentuan atau nasib yang bisa kita ubah
Sedangkan menurut Bastaman (1995 : 1996), mereka yang menghayati hidup bermakna menunjukan corak kehidupan yang penuh gairah dan optimisme dalam menjalani kehidupan sehari – hari. Tujuan hidup baik jangka pendek maupun jangka panjang jelas bagi mereka. Dengan demikian kegiatan – kegiatan mereka menjadi lebih terarah dan lebih mereka sadari, serta merasakan sendiri kemajuan – kemajuan yang telah dicapai.
Makna hidup seperti yang dikonsepkan Frankl (dalam Bastaman 1995 : 194 – 195) memiliki beberapa karakteristik, diantarannya :
1)      Makna hidup itu sifatnya unik dan personal, sehingga tidak dapat diberikan oleh siapapun melainkan harus ditemukan sendiri
2)      Makna hidup itu spesifik dan kongkrit, hanya dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari – hari, serta tidak selalu harus dikaitkan dengan tujuan idealistis maupun renungan filosofis.
3)      Makna hidup memberikan pedoman dan arah terhadap kegiatan – kegiatan yang dilakukan
4)      Makna hidup diakui sebagai sesuatu yang bersifat mutlak, sempurna dan paripurna.

Kamis, 19 November 2009

PENGANTAR MENULIS TESIS




Pedoman penulisan karya ilmiah ini digunakan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh derajat kesarjanaan S-2 pada Program Magister. Di samping menyerahkan tesis dalam bentuk cetakan dan digital, calon lulusan juga disyaratkan menyerahkan tesis dalam bentuk naskah publikasi ilmiah yang dapat dimuat dalam jurnal penelitian berkala. Untuk memperoleh keseragaman dalam penulisan, maka adanya pedoman umum penulisan tesis sangat diperlukan. Dalam buku ini disajikan garis-garis besar penulisan tesis. Disamping itu juga diberikan tata cara penulisan dan beberapa contoh. Isi buku pedoman umum ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu :1. Administrasi Pendaftaran Tesis. 2. Proses Penulisan Tesis. 3. Isi Tesis. 4. Tata Cara Penulisan. 5. Lampiran yang memuat contoh-contoh dan tata cara penulisan dalam Jurnal Penelitian Berkala. Dalam batas-batas tertentu, kebebasan tetap diberikan kepada setiap konsentrasi terutama yang memang merupakan kekhasan dalam konsentrasi terkait.
 
ADMINISTRASI PENDAFTARAN TESIS

A. SYARAT PENULISAN TESIS

Mahasiswa berhak mengajukan penulisan tesis secara formal jika sudah
memenuhi syarat-syarat di bawah ini.
1. Telah lulus semua mata kuliah atau telah menempuh mata kuliah dari
trimester matrikulasi sampai trimester ketiga.
2. Telah melunasi semua biaya administrasi/uang perkuliahan.

B. SYARAT UJIAN TESIS

Lama penulisan tesis adalah 4 (empat) bulan, apabila melebihi waktu yang diberikan harus mengajukan perpanjangan masa studi dan memberikan laporan perkembangan penulisan proposal atau tesisnya yang telah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing kepada pengelola program. Setelah mahasiswa selesai menyusun tesis dan sudah lulus semua mata kuliah dengan IPK minimal 3,00 dengan paling banyak dua nilai C, mahasiswa dapat
mendaftar untuk ujian tesis. Syarat untuk mendaftar ujian tesis adalah sebagai
berikut ini.
1. Menyerahkan 3 eksemplar tesis yang sudah disetujui oleh dosen
pembimbing.
2. Menyerahkan 2 lembar fotokopi skor TOEFL minimal 450.
3. Menyerahkan 1 lembar fotocopy score TPA minimal 500.
4. Menyerahkan 1 lembar fotocopy kartu mahasiswa yang masih berlaku.
5. Menyerahkan bukti lunas SPP trimester berjalan dari Bagian Keuangan
Maksi.
6. Menyerahkan Kartu Bimbingan Tesis yang sudah terisi lengkap. Kartu
ini dapat diambil di Bagian Akademik setelah judul tesis disetujui oleh
dosen pembimbing.

C. ASPEK–ASPEK PENILAIAN UJIAN TESIS

Di dalam ujian tesis, aspek-aspek sebagai berikut ini menjadi dasar penilaian
kelulusan.
1. Kejelasan dan sistematika penyajian.
2. Kemampuan menjawab.
3. Penguasaan materi.
4. Kejelasan dan kedalaman isu/permasalahan.
5. Besarnya kontribusi/manfaat.
6. Kajian teori dan literatur yang relevan.
7. Kelayakan metodologi penelitian.
8. Analisis dan pembahasan hasil penelitian.
9. Kesimpulan dan saran-saran.
10. Tata tulis dan Tata bahasa.
Hasil ujian tesis dapat dikategori sebagai berikut ini.
1. LULUS TANPA REVISI
Mahasiswa yang dinyatakan LULUS TANPA REVISI, langsung diberi nilai
oleh Tim Penguji pada formulir ujian. Selanjutnya mahasiswa bisa minta
Surat Keterangan Lulus di Bagian Akademik.
2. LULUS DENGAN REVISI
Bila mahasiswa dinyatakan LULUS DENGAN REVISI, nilai baru dapat
diberikan setelah revisi disetujui.

Batas waktu revisi tesis paling lama adalah 2 (dua) minggu.

3. TIDAK LULUS
Mahasiswa yang dinyatakan TIDAK LULUS, harus mendaftar untuk ujian
tesis lagi.
Mahasiswa yang dinyatakan lulus ujian tesis akan mendapat formulir lembar
pengesahan yang digunakan sebagai kelengkapan syarat wisuda dan dijilid di tesis
yang diserahkan ke perpustakaan. Lembar pengesahan dapat diambil di Bagian
Akademik setelah ditandatangani pengelola program.

PROSES PENULISAN TESIS

Di program MAKSI, tesis dapat dipilih dalam bentuk riset kuantitatif yang menggunakan hipotesis atau studi kasus. Studi kasus adalah studi yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan atau untuk menangkap kesempatan tertentu yang dihadapi oleh organisasi untuk suatu kasus tertentu. Suatu kasus merupakan isu yang terjadi di organisasi yang benar-benar terjadi. Pada umumnya, sebuah kasus ditulis berdasarkan sudut pandang si pengambil
keputusan yang terkait. Penulis kasus harus melaporkan kasus tersebut dengan segenap kemampuannya, menyediakan fakta yang relevan tentang kasus tersebut. Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam proses penulisan kasus diuraikan di bawah ini.

A. PEMILIHAN TOPIK KASUS

Pada tahap awal ini, mahasiswa memutuskan kasus apa yang akan ditulis dan
mengapa menulis kasus tersebut. Mahasiswa hendaknya menyesuaikan kompetensi yang dimiliki dengan kasus yang akan ditulis.

B. PENCARIAN SUMBER INFORMASI

Ketika mahasiswa telah memutuskan kasus seperti apa yang akan ditulis, maka tahap selanjutnya, pencarian sumber informasi. Pada tahap ini, mahasiswa menelusuri apa dan siapa yang dapat membantu dalam pelaksanaan penulisan kasus tersebut. Sumber informasi tersebut dapat diperoleh dari tempat berkerja, alumni, kolega, seminar bisnis dan sebagainya.

Perencanaan Kasus:
§ Area fungsional
§ Topik
§ Isu
§ Konsep
Sumber: Eksternal Sumber: Penulis Kasus
Eksternal : Internal:
§ Praktisi Bisnis SUMBER INFORMASI - Seminar,Konferensi Bisnis
§ Himbauan dari Alumni - Jurnal Bisnis
- Daftar Alumni
- Kolega
Tahap selanjutnya - Konsultan
- Dokumentasi pekerjaan
Lapangan

C. BERHUBUNGAN DENGAN PERUSAHAAN

Ketika mahasiswa sudah mengetahui sumber-sumber informasi yang bias dijadikan sebagai pendukung penulisan tesis, selanjutnya mencari tahu apakah organisasi (perusahaan) yang akan diteliti bisa bekerja sama atau tidak. Mahasiswa tidak bisa melanjutkan penulisan tesis apabila tidak mendapat persetujuan dari perusahaan dan dari institusi terkait. Mahasiswa harus melakukan pertemuan dengan manajer perusahaan yang dipercaya dapat mendukung penulisan tesis yang dilakukannya. Sebelum melakukan kontak dengan perusahaan, ada beberapa tahap yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut ini.
1. Periksa kembali arsip. Apakah baru-baru ini ada orang lain dalam universitas terkait yang melakukan kunjungan ke perusahaan tersebut dengan alasan yang sama. Hal ini perlu dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih dan perusahaan merasa tidak membuang waktunya untuk menjawab pertanyaan yang sama.
2. Selalu buat perjanjian jika hendak bertemu. Dengan demikian, pihak perusahaan akan dapat lebih mempersiapkan data yang dibutuhkan dan menyediakan waktu yang tepat untuk berdiskusi.
3. Menari informasi mengenai perusahaan sebanyak mungkin, diantaranya dapat dilakukan menggunakan internet. Hal ini akan memperluas pengetahuan mahasiswa untuk lebih mengenal perusahaan yang akan diteliti.

D. PENGUMPULAN DATA

Merupakan proses pengumpulan informasi yang relevan dengan penulisan kasus.
Ada beberapa sumber data, meliputi sebagai berikut ini.
1. Data yang mudah ditemukan di luar perusahaan baik yang terpublikasi
maupun yang tidak.
2. Data yang ditemukan di dalam perusahaan, bentuk tertulis, ada yang
mudah diakses dan ada pula yang susah untuk diperoleh (butuh usaha
yang lebih lagi untuk dapat memperolehnya).
3. Data yang ditemukan di dalam perusahaan, tidak dalam bentuk tertulis, lakukan wawancara untuk bisa memperoleh data tersebut.
4. Data yang tidak dapat ditemukan dalam bentuk apapun juga. Untuk kasus seperti ini, mahasiswa bisa memilih untuk tidak melanjutkan penulisan tesis, atau secara  eksplisit/implisit menyatakan dalam tesis bahwa informasi tidak tersedia.
Pada umumnya, hampir sebagian besar data diperoleh dari hasil wawancara.
Untuk itu, ada beberapa peraturan yang harus diperhatikan saat melakukan
wawancara, yaitu sebagai berikut ini.
1. Konsentrasi.
Gunakan segenap konsentrasi terhadap wawancara yang sedang dilakukan
2. Dengarkan-jangan bicara.
Ketika orang yang diwawancarai sedang berbicara, dengarkan dengan
seksama. Jangan berbicara saat dia sedang berbicara.
3. Jangan menyanggah ataupun menasehati.
Mahasiswa bertindak sebagai pewawancara bukan sebagai seorang
konsultan ataupun jaksa. Jangan menyanggah apa yang dikatakan ataupun
menasehati, karena hal itu memberi kesan seperti sedang menghakimi.
4. Dengarkan apa yang diungkapkan, yang tidak mau diungkapkan, dan
yang tidak bisa diungkapkan tanpa bantuan. Gunakan segenap
kemampuan untuk mengorek informasi yang benar dari sumber informasi
5. Ingat bahwa orang yang diwawancarai telah mempersiapkan diri
sebelumnya tentang apa yang akan diucapkan. Mungkin saja apa yang
diucapkan bukan yang sesungguhnya terjadi. Untuk itu, mahasiswa dapat
melakukan tes ulang.
6. Tetap percaya diri saat melakukan wawancara dan menghargai orang yang
diwawancarai.
7. Hasil wawancara pelu didokumentasi sebagai bukti telah melakukan
wawancara dan validitasnya.

E. PENYERAHAN NASKAH PUBLIKASI

Selain menyerahkan laporan hasil tesis, jika mahasiswa sudah lulus ujian tesis,
maka harus juga menyerahkan suatu naskah publikasi. Naskah publikasi adalah ringkasan tesis yang telah disetujui oleh dosen pembimbing.

ISI TESIS

Tesis terdiri bagian awal dan bagian utama.

A. BAGIAN AWAL

Bagian awal mencakup halaman sampul depan, halaman judul, halaman pengesahan, prakata, daftar isi, daftar tabel (tabel), daftar gambar, daftar lampiran, arti lambang dan singkatan, dan intisari.
 

1. Halaman Sampul Depan

Halaman sampul depan memuat judul tesis, maksud tesis, lambing Contoh Universitas Gadjah Mada, nama dan nomor mahasiswa, instansi penyelenggara pendidikan (pemberi gelar), dan tahun penyelesaian tesis.
a. Judul tesis dibuat sesingkat-singkatnya seperti yang sudah diuraikan
pada usulan tesis.
b. Maksud tesis ialah untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh
Derajat Sarjana S-2 Program Magister Akuntansi
c. Lambang Universitas Gadjah Mada berbentuk bundar (bukan segi lima)
dengan diameter sekitar 5,5 cm.
d. Nama mahasiswa yang mengajukan tesis ditulis lengkap (tidak boleh
memakai nama singkatan) dan tanpa sebutan atau gelar. Nomor
mahasiswa dicantumkan di bawah nama.
e. Instansi penyelanggara pendidikan ialah Program Magister Akuntansi,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
f. Tahun penyelesaian tesis ialah tahun ujian tesis dan ditempatkan di
bawah Yogyakarta.

2. Halaman Judul

Halaman judul berisi tulisan yang sama dengan halaman sampul depan tetapi diketik di atas kertas putih.

3. Halaman Pengesahan

Halaman ini memuat tanda tangan dosen pembimbing dan dosen penguji
serta tanggal ujian.

4. Halaman Pernyataan

Halaman ini berisi pernyataan bahwa isi tesis tidak merupakan hasil plagiarism.

5. Prakata

Prakata mengandung uraian singkat tentang maksud tesis, penjelasanpenjelasan,
dan ucapan terima kasih. Dalam prakata tidak terdapat hal–hal yang tidak bersifat ilmiah dan tidak menggunakan bahasa gaul.

6. Daftar Isi

Daftar isi dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang isi tesis dan sebagai petunjuk bagi pembaca yang ingin langsung melihat suatu bab atau sub subjudul. Di dalam daftar isi tertera urutan judul, subjudul, dan sub subjudul disertai dengan nomor halaman.

7. Daftar Tabel

Jika dalam tesis terdapat banyak tabel, perlu adanya daftar tabel yang memuat urutan judul tabel beserta dengan nomor halamannya. Akan tetapi kalau hanya ada beberapa tabel saja, daftar ini tidak perlu dibuat.

8. Daftar Gambar

Daftar gambar berisi judul gambar secara berurutan dan nomor halamannya.

9. Daftar Lampiran

Sama halnya dengan daftar tabel dan daftar gambar, daftar lampiran dibuat bila tesis dilengkapi dengan banyak lampiran. Isinya ialah urutan judul lampiran dan nomor halamannya.

10. Arti lambang dan Singkatan

Arti lambang dan singkatan berupa daftar lambang dan singkatan yang dipergunakan dalam tesis disertai dengan arti dan satuannya, bila dalam tesis dipergunakan banyak lambang dan singkatan.

11. Intisari

Intisari ditulis dalam dua bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris dan merupakan uraian singkat tetapi lengkap tentang tujuan tesis,
cara penelitian, dan hasil tesis.

B. BAGIAN UTAMA

Bagian utama tesis mempunyai struktur yang meliputi beberapa bab. Penjelasan dari bab-bab ini dapat dilihat di buku terpisah ”Petunjuk Penulisan Kasus.”

ASPEK BAHASA DAN TIPOGRAFI

Aspek bahasa dan tipografi meliputi bahan dan ukuran kertas, pengetikan, penomoran, daftar dan gambar, dan penulisan nama.

A. BAHAN DAN UKURAN KERTAS

Bahan dan ukuran mencakup: naskah, sampul, warna sampul, tulisan pada
sampul, dan ukuran.
1. Naskah dibuat dengan kertas HVS 80 g/m2 dan tidak bolak-balik.
2. Sampul dibuat dari kertas bufalo atau yang sejenis, dan sedapatdapatnya
diperkuat dengan karton dan dilapisi dengan plastik.
3. Warna sampul tesis adalah merah maroon. Mahasiswa menyerahkan
tesisnya dalam bentuk belum dijilid.
4. Ukuran naskah adalah A4, yaitu 21 cm x 28 cm (setelah dipotong dan
dijilid).

B. ASPEK TIPOGRAFI

Pada pengetikan disajikan: Jenis huruf, bilangan dan satuan, jarak baris, batas tepi, pengisian ruangan, alinea baru, permulaan kalimat, judul dan subjudul, perincian ke bawah, dan letak simetris.

1. Jenis Huruf

Beberapa aturan mengenai jenis huruf adalah sebagai berikut ini.
a. Naskah diketik dengan huruf Times New Roman 12 (10 huruf dalam 1
inci), dan untuk seluruh naskah harus dipakai jenis huruf yang sama.
Penggunaan jenis huruf miring atau persegi, tidak diperkenankan.
b. Huruf miring dipergunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk
kata-kata asing.
c. Lambang, huruf Yunani, atau tanda-tanda yang tidak dapat diketik,
harus ditulis dengan rapi memakai tinta hitam.

2. Bilangan dan Satuan

Beberapa aturan mengenai bilangan dan satuan adalah sebagai berikut ini.
a. Bilangan diketik dengan angka, kecuali pada permulaan kalimat,
misalnya 10 g bahan.
b. Bilangan desimal ditandai dengan koma, bukan dengan titik, misalnya
berat telor 50,5 g.
c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resminya tanpa titik di
belakangnya, misalnya m, g, kg, cal.

3. Jarak baris

Karya tulis harus ditulis dengan jarak baris dua spasi, kecuali intisari, kutipan langsung, judul daftar (tabel) dan gambar dari 1 baris, dan daftar pustaka, yang diketik dengan jarak baris satu spasi.

4. Batas tepi

Batas-batas pengetikan, ditinjau dari tepi kertas, diatur sebagai berikut ini.
a. Tepi atas: 4 cm.
b. Tepi bawah: 3 cm.
c. Tepi kiri: 4 cm.
d. Tepi kanan: 3 cm.

5. Pengisian Ruang

Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh, artinya pengetikan harus dari batas tepi kiri sampai batas tepi kanan, dan jangan sampai ada ruangan yang terbuang-buang, kecuali akan mulai dengan alinea baru, persamaan daftar, gambar, subjudul, atau hal-hal yang khusus.


6. Alinea baru

Alinea baru dimulai pada ketikan ke enam dari batas tepi kiri.

7. Permulaan kalimat

Bilangan yang memulai suatu kalimat, harus dieja, misalnya: sepuluh ekor
tikus.

8. Judul, subjudul, anak subjudul dan lain-lain.

Beberapa aturan mengenai judul, subjudul, anak subjudul adalah sebagai
berikut ini.
a. Judul harus ditulis dengan huruf besar (kapital) semua dan diatur
supaya simetris di tengah, dengan jarak 4 cm dari tepi atas tanpa
diakhiri dengan titik.
b. Subjudul ditulis rata kiri, semua kata dimulai dengan huruf besar
(kapital), kecuali kata panghubung dan kata depan, dan semua diberi
garis bawah, tanpa diakhiri dengan titik. Kalimat pertama sesudah
subjudul dimulai dengan alinea baru.
c. Sub subjudul juga diketik mulai dari batas tepi kiri dengan huruf
pertama berupa huruf besar, tanpa diakhiri dengan titik. Kalimat
pertama sesudah anak subjudul dimulai dengan alinea baru.
d. Sub subjudul ditulis mulai dari ketikan ke enam dengan titik. Kalimat
pertama yang menyusul kemudian, diketik terus ke belakang dalam
satu baris dengan sub anak judul. Kecuali itu sub anak judul dapat juga
di tulis langsung berupa kalimat, tetapi yang berfungsi sebagai sub
anak judul di tempatkan paling depan.

9. Rincian ke bawah

Jika pada penulisan naskah ada rincian yang harus disusun ke bawah, pakailah nomor urut dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat rincian. Penggunaan garis penghubung (-) yang ditempatkan di depan rincian tidaklah dibenarkan.

 10. Letak simetris

Gambar, tabel (daftar), judul, dan subjudul ditulis simetris terhadap tepi kiri dan kanan pengetikan. Gambar dan tabel diberi nomor.

C. PENOMORAN

Penomoran berkaitan dengan penomoran halaman, tabel (daftar), gambar, dan persamaan.

1. Halaman

a. Bagian awal laporan, mulai dari halaman judul sampai ke intisari,
diberi nomor halaman dengan angka Romawi kecil.
b. Bagian utama dan bagian akhir, mulai dari Pendahuluan (Bab I) sampai
ke halaman terakhir, memakai angka biasa sebagai nomor halaman.
c. Nomor halaman ditempatkan di sebelah kanan atas, kecuali kalau ada
judul atau bab pada bagian atas halaman itu. Untuk halaman yang
demikian nomornya ditulis di sebelah kanan bawah.
d. Nomor halaman diketik dengan jarak 3 cm dari tepi kanan dan 1,5 cm
dari tepi atas atau tepi bawah.

2. Tabel (daftar)

Tabel (daftar) diberi nomor urut dengan angka biasa/ Arab.

3. Gambar

Gambar dinomori dengan angka biasa.

4. Persamaan

Nomor urut persamaan yang berbentuk rumus matematis, reaksi kimia, dan
lain-lainnya ditulis dengan angka biasa di dalam kurung dan ditempatkan di
dekat batas tepi kanan.
R1 = Rf + (Rm - R f) β1......................................................................(3)

D. TABEL DAN GAMBAR

1. Tabel

Berikut ini adalah beberapa ketentuan tentang penyajian tabel.
a. Nomor tabel yang diikuti dengan judul ditempatkan simetris di atas
tabel, tanpa diakhiri titik.
b. Tabel tidak boleh dipenggal, kecuali kalau memang panjang, sehingga
tidak mungkin diketik dalam satu halaman. Pada halaman lanjutan tabel
dicantumkan nomor tabel dan kata lanjutan, tanpa judul.
c. Kolom-kolom diberi nama dan dijaga agar pemisahan antara yang satu
dengan yang lainya cukup tegas.
d. Kalau tabel lebih besar dari ukuran lebar kertas, sehingga harus dibuat
memanjang kertas, maka bagian atas tabel harus diletakkan di sebelah
kiri kertas.
e. Di atas dan di bawah tabel dipasang garis batas, agar terpisah dari uraian
pokok dalam masalah.
f. Tabel yang lebih dari 2 halaman atau yang harus dilipat, ditempatkan
pada lampiran.

2. Gambar

Beberapa aturan mengenai gambar adalah sebagai berikut ini.
a. Bagian grafik, peta, dan foto semuanya disebut gambar (tidak
dibedakan).
b. Nomor gambar yang diikuti dengan judulnya diletakkan simetris di
bawah gambar tanpa diakhiri dengan titik.
c. Gambar tidak boleh dipenggal dalam dua halaman.
d. Gambar, judul, keterangannya harus menjadi satu kesatuan tidak
terpisah dalam satu halaman yang sama.
e. Bila posisi gambar melebar sepanjang tinggi kertas, maka bagian atas
gambar harus diletakkan di sebelah kiri atas.
f. Ukuran gambar (lebar dan tingginya) diusahakan supaya sewajarwajarnya
(jangan terlalu kurus atau terlalu gemuk).
g. Skala pada grafik harus dibuat agar mudah dipakai untuk mengadakan
interpolasi atau ekstrapolasi.
h. Letak gambar diatur supaya simetris di tengah.

E. BAHASA

1. Bahasa yang dipakai

Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia yang baku (ada subjek dan predikat, dan supaya lebih sempurna, ditambah dengan objek dan keterangan). Dengan izin program, tesis dapat ditulis dalam bahasa Inggris.

2. Bentuk kalimat

Kalimat-kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama dan orang kedua (saya, aku, kami, engkau, dan lain-lain). Sebagai pengganti kata ”orang pertama” dapat digunakan kata ”penelitian ini.” Untuk menghindari kata orang pertama dapat juga dilakukan dengan
membuat kalimat berbentuk pasif. Pada penyajian ucapan terimakasih pada prakata, saya diganti penulis.

3. Istilah

a. Istilah yang dipakai adalah istilah Indonesia atau yang sudah di Indonesiakan.
b. Jika terpaksa harus memakai istilah asing, miringkanlah kata tersebut.

4. Kesalahan yang sering terjadi

a. Kata penghubung, seperti sehingga, dan sedangkan, tidak boleh dipakai memulai suatu kalimat.
b. Kata depan, misalnya pada, sering dipakai tidak pada tempatnya, misalnya diletakkan di depan subjek (merusak susunan kalimat).
c. Kata ”di mana” dan ”dari” kerap kurang tepat pemakaiannya. Dalam bahasa Indonesia kata ”di mana” menunjukkan kata tempat bukan kata pemanis.
d. Awalan ke dan di harus dibedakan dengan kata depan ke dan di.
e. Tanda baca harus dipergunakan dengan tepat.

F. PENULISAN NAMA

Penulisan nama mencakup nama penulis yang diacu dalam uraian, nama di daftar pustaka, nama yang lebih dari satu kata, nama dan tanda hubung, nama yang diikuti dengan singkatan, dan gelar dan sebutan.

1. Nama penulis yang diacu dalam uraian

Penulis yang tulisannya diacu dalam uraian hanya disebutkan nama akhirnya saja, dan kalau lebih dari dua orang, hanya nama akhir penulis pertama yang dicantumkan diikuti dengan dkk. atau et al. sebagai berikut ini.
a. Hasil penelitian Fama (1970) menunjukkan umumnya strategi filter
rules tidak memberikan hasuil yang lebih baik daripada denghan
beli simpanan secara sembarang.
b. Percobaan yang dilakukan (Ippolito, 1989) menghasilkan.........
c. Earning release, anomalies & the behavior of security returns (Foster, et
al., 1984).

2. Nama penulis dalam daftar pustaka

Dalam daftar pustaka, semua penulis harus dicantumkan namanya, dan tidak boleh hanya penulis pertama ditambah dkk. atau et al. saja. Contoh:
Meisel, S.L., McCullough, J.P., Leckthaler, C.H., dan Weisz, P.B., 1976
tidak boleh hanya ditulis Meisel, S.L. dkk. atau Meisel, S.L. et al.

3. Nama penulis lebih dari dua kata

Jika nama penulis terdiri dari dua atau lebih, cara penulisannya adalah nama akhir diikuti dengan koma, singkatan nama depan, tengah dan seterusnya, yang semuanya diberi titik, atau nama akhir diikuti dengan suku kata nama depan, tengah dan seterusnya.
Contoh:
a. Sutan Takdir Alisyahbana ditulis, Alisyahbana S. T., atau
Alisyahbana, Sutan Takdir.
b. Donal Fitzgerald Othmer ditulis: Othmer, D. F.

4. Nama dengan tanda hubung

Kalau nama penulis dalam sumber asli ditulis dengan garis penghubung di antara dua suku katanya, maka keduanya dianggap sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Sulastin-Sutrisno ditulis Sulastin-Sutrisno.

5. Nama yang diikuti dengan singkatan

Singkatan yang menjadi bagian dari nama ditulis setelah nama utamanya.
Contoh:
a. Williams D. Ross Jr. ditulis Ross Jr., W. D.

6. Derajat kesarjanaan

Derajat kesarjanaan dan sebutan tidak boleh dicantumkan.

G. CATATAN KAKI, ISTILAH BARU, DAN KUTIPAN

1. Catatan Kaki

Catatan kaki ditulis dengan jarak satu spasi.

2. Istilah baru

Istilah-istilah baru yang belum dikenal dalam komunitas akademi/praktisi dapat digunakan asal konsisten. Pada penggunaan yang pertama kali perlu diberikan padanannya dalam bahasa asing (dalam kurung). Kalau banyak sekali menggunakan istilah baru, sebaiknya dibuatkan daftar istilah di belakang.

3. Kutipan

Kutipan ditulis dalam bahasa aslinya dan diketik dengan jarak baris satu. Kutipan ini diketik menjorok ke dalam dan tidak diterjemahkan.

4. Kata Asing

Transliterasi dan penyerapan dari bahasa asing mengikuti SKB Menteri Agama (dari bahasa Arab) dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
sesuai dengan EYD/ PUPI.

Lampiran 1. Contoh Halaman Sampul Depan dan Halaman Judul

PENGUKURAN KINERJA

Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S2
Program Magister Akuntansi
Diajukan oleh:
Komunitas Akademia Nusantara
08/12345/PEK/2346

Lampiran 2. Contoh Cara Pengacuan Sumber Pustaka

Penunjukan sumber pustaka dalam uraian, dapat dilakukan sebagai berikut ini.
1. Nama penulis pada bagian permulaan kalimat
”Jensen & Bennington (1970) menyimpulkan bahwa ...”
2. Nama penulis pada bagian tengah kalimat
”Dengan menggunakan uji filter rules, Fama (1970) menunjukkan
umumnya strategi ini tidak memberikan hasil yang lebih baik.”
3. Nama penulis pada bagian akhir kalimat
”Beberapa anomali terhadap hipotesis pasar efisien bentuk setengah
kuat, antara lain terjadi pada perusahaan-perusahaan kecil (Banz 1981).”
4. Dua orang penulis
Jika penulis terdiri atas duas orang, maka keduanya harus disebutkan.
” Efton & Gruber (1991) menyimpulkan bahwa ternyata return rata-rata
portofolio acak juga lebih tinggi daripada portofolio reksadana.”
5. Penulis lebih dari dua orang
Kalau penulis terdiri lebih dari dua orang, maka yang dicantumkan hanya
penulis pertama diikuti dengan dkk. atau et al.
”Rata-rata prestasi reksadana selama periode Desember 1953–
September 1958 lebih rendah dari portofolio pasar (Irwin dkk., 1962) atau
(Rosen et al., 1962)
6. Yang diacu lebih dari 2 sumber
Kalau nama penulis masuk dalam uraian, semua sumber disebutkan
sebagai berikut ini.
”Dengan menggunakan Single Model Index (King 1966, Cohen and
Pogue 1967, serta Elton and Gruber 1973) menemukan bahwa ada korelasi
yang cukup kuat antara return saham dan return pasar, disimpulkan
bahwa faktor pasar masih menjadi faktor yang dominan dalam
mempengaruhi return saham.”
Jika penulis tidak masuk dalam uraian, maka antara sumber-sumbar itu
dipasang tanda titik koma sebagai berikut ini.
”Model CAPM tidak berlaku di BEI begitu pula dengan menggunakan
pengujian non-parametrik (Husnan 1990; Manurung 1996; Mamduh 1996).”
7. Pengutipan dari sumber kedua
Pengutipan dari sumber kedua harus menyebutkan nama penulis aslinya dan
nama penulis buku atau majalahnya yang dibaca.
”Kesimpulan yang bertentangan dengan penelitian Sharp & Jensen
(1980) adalah pengeluaran yang dilakukan oleh reksadana untuk menganalisis
dan memperoleh informasi tidak sia-sia (dalam Ippolito 1989).”
Dalam hal ini yang terdapat dalam daftar pustaka hanyalah tulisan Ippolito
(1989). Sedapat-dapatnya yang dibaca ialah sumber aslinya.

Lampiran a. Contoh Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA
Brealey, R. dan Myers, S., Principles Of Corporate Finance, Third Edition, McGraw Hill,
1991.
Brigham, E.F. and Gapenski, L.C., Financial Management Theory and Practice, Sixth
Edition, The Dryden press International Edition, New York, 1991.
Dimson, E., “Risk Management When Subject to Infrequent Trading,” Journal of
Financial Economics, June, 1979.
Elton, E.J. and Gruber, M.J., Modern Portfolio Theory and Investment Analysis, John
Wiley and Sons. Inc., 1991.
Jones, C.P., Investment Analysis and Management, Fifth Edition, John Wiley and Sons.
Inc., North Carolina, 1994.
Klemskosky, R. and Martin, J., “The Affect of Market Risk and Portfolio
Diversification,” Journal of Finance, March, 1975.
Levy, H. and Samat Marshall, Capital Investment and Financial Decision, Prentice Hall,
New York, 1994.
Pasar Modal Indonesia: Retrospeksi 5 tahun Swastanisasi BEJ, Cetakan Pertama, BEJ &
Pustaka Sinar Harapan, 1997.

Lampiran 3b. Contoh Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, D. 1991, Managing Brand Equality Press, New York, NY.
Aaker, D., 1995, Building Strong Brands. Free press, new York, NY.
Aoki, Y., Ogawa, K., Kamei, A., & Tanaka, H. (eds.), 1997, Theories of Brand
Management, Nikkei Institute of Advertising Research, Tokyo.
Aoki, Y. & Tanaka, H., 1998, “Dialogue: Exploring Brand Strategy for Capital Goods.”
Industrial Advertising (Sangyo Kokoku), Vol. 30 (4). Pp.15-20.
Hartley, R.F., 1992, Short to Haiboku no Kiro (Japanese translation). Diamond.
Katahira, HJ. 1998, Essence of Power Brands (Power Burando no Honshitsu), Diamond.
Keller, K.L., 1998, Strategic Brand Nanagement: Building, Measuring, and Managing
Brand Equity, Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.
Nonaka, Yujiro, 1990, The Knowledge Creating Management: Epistemology of Japanese
Companies (Chishiki Sozo No Keiei). Nihon Keizai Shimbun.
Porter, M.E. 1985, Competitive Advantage (Koso Yui no Senryaku). (Japanese
Translated by Doki, Nakatuji, & Onodera), Diamond.
Tamura, M. 1998, Knowledge of Marketing (Merketing no Chishiki). Nihon Keizai
Shimbun.
Tanaka, H., Akimoto, Y., Iwamura, M., Okada, K., Kido, S. & Suzuki, A. 1998,
Research on Global Brand Management, Unpublished paper submitted to
Yoshinda Hideo Memorial Foundation, Tokyo.